Latest Post

SOFTWARE RAPORT KURIKULUM 2013 UNTUK SMA

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Rabu, 07 Mei 2014 | 22.40

SOFTWARE RAPORT KURIKULUM 2013 UNTUK SMA

Kini akhirnya LHB dan Raport SMA dah siap di launching...! LHB SMA kurikulum 2013 udah dalamnya mengolah nilai dari 3 aspek.

1.   Pengolahan Nilai Sikap
Mengolah nilai sikap yang terdiri dari 8 sikap yakni Sikap Spiritual, Jujur, Disiplin, Tanggung jawab, Toleransi, Gotong Royong, Sopan dan santun serta sikap Percaya Diri. Nilai sikap ini diperoleh dari 3 penilai yakni, penilaian Diri Sendiri siswa, Penilai Antar Teman, dan Penilaian oleh Guru. Format yang tersedia bagi ketiga penilai adalah untuk 5 kali penilaian dalam satu semester. Ini sungguh luar biasa jika dikerjakan secara manual.

Nilai Akhir dari penilaian sikap ini diberikan porsi masing-masing dengan persentase yang bisa diisi oleh guru mata pelajaran dari setiap Sikap yang kemudaian diakumulasi rata-rata dari semua sikap. Hasil Akhir Nilai sikap berupa angka 1-4 , huruf mutu, dan deskripsi yang muncul secara otomatis berdasarkan penilaian guru. Sehingga guru tidak perlu membuat deskripsi dari Nilai Sikap.

2.  Pengolahan Nilai Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Format yang tersedia dapat digunakan untuk 12 kali penilaian. Dari 12 kali atau berapaun penilaian yang dilakukan guru akan ditemukan rata2 dari masing-masing penilaian. Nilai akhir diperoleh setelah guru memberi persentase pada proporsi nilai akhirnya.

Nilai Akhir berupa nilai angka 1-4, huruf mutu, A-D, dan deskripsi setiap siswanya. Deskripsi akan muncul seiring dengan besarkecilnya nilai yang diberikan guru. Jadi guru tidak perlu membuat deskripsi lagi, tapi kalau merasa kurang pas atau kurang panjang deskripsinya bisa dilakukan sendiri.

3.  Pengolahan Nilai Pengetahuan
Pada prinsipnya pengolahan nilai ini sama dengan sebelumnya, tapi dalam penilaian pengetahuan setiap KD atau setiap ulangan harian ada KKM nya. Sehingga akan mudah diketahui, pada KD mana yang belum tuntas. Setiap KD harus dituliskan deskripsi singkatnya dalam software ini. Ketuntasan dan ketidaktuntasan akan muncul dalam deskripsi secara otomatis.

Pada Penilaian pengetahuan ada 3 aspek yang dinilai yakni Tes tertulis, Tes Lisan, dan Penugasan. Dari ketiga aspek yang dinilai ini diberikan proporsi dengan persentase untuk menentukan nilai akhir. Hasil Akhir yang diperoleh adalah berupa angka 1-4, huruf mutu A-D, dan deskripsi berdasarkan nilai yang dieroleh siswa masing-masing. Jadi guru juga tidak perlu menulis deskripsi hingga tangannya pegel-pegel he he he...

Artinya dengan LHB ini seorang guru tinggal mengirim soft copy atau printoutnya kepada wali kelas. Nah kalau sekolah juga memakai software Raport yang telah saya rancang ini, maka wali kelas tinggal copy paste dari LHB masing-masing guru ke format yang telah disediakan dalam format Raport.

Dengan Software Raport dan LHB ini, Buku Induk bisa dicetak juga tidak perlu menulis lagi. Tentunya TU ya ada kontribusinya yakni ada data siswa secara lengkap seperti dalam format buku induk. Dengan kata lain, pemanfaatan IT dalam mengolah nilai dapat membantu salah satu pekerjaan guru. Jika sekolah telah menerapkan penilaian berbasis IT, maka penyerahan Raport Bukan Masalah...

Ini adalah salah satu kreatifitas seorang guru. Semoga anda adalah bagian dari para guru yang menghargai karya seorang guru. Jika berminat silahkan pesan (081379363886) ga mahal kok kalau dibandingkan dengan pekerjaannya. Jika anda pesan data yang dibutuhkan akan di sms ke nomor anda.
Semoga bermanfaat.
by karjono natar

SOFTWARE TERBARU 2014 UNTUK GURU

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Selasa, 06 Mei 2014 | 19.28

SOFTWARE TERBARU 2014 UNTUK GURU

Pekerjaan yang sangat urgen bagi guru di tahun 2014 cukup lumayan banyak. Dalam hal ini saya akan mencoba menjelaskan sedikit terkait pekerjaan guru yang tidak bisa tidak alias harus dikerjakan guru antara lain:
1.   Penilaian Kinerja Guru (PKG)
      PKG harus dilakukan setiap tahun untuk mendapatkan angka kredit guru pertahun. Jika tidak maka guru akan kehilangan angka kredit pertahun yang berupa PAK pertahun. Ada yang saya temukan kesalahpahaman guru. Dia berfikir bahwa yang di PKG hanya yang mau naik pangkat saja dan yang lain akan di PKG saat mau naik pangkat. Kalau ini terjadi maka guru tidak bisa naik panggkat seumur hidupnya.Perlu diketahui, untuk naik pangkat sekarang ini harus berdasarkan nilai PKG. dan PKG dilakukan setiap tahun, artinya setelah beberapa tahun akan mendapatkan nilai PKG setiap tahun.    
Kemudian setelah dihitung Angka Kredit Komulatifnya  memenuhi yang dipersyaratka dan AKPKB serta AKP juga cukup, maka yang bersangkutan baru dapat mengusulkan untuk kenaikan pangkat.
   
      Untuk diketahui, PKG harus dilakukan secara objektif dan transparan agar guru yang dinilai akan menjadi lebih profesional setelah dilakukan PKG. Semua kekurangan hasil KG akan diperbaiki. Sehingga jika dilakukan setiap tahun maka peningkatan kinerja guru juga akan semakin membaik setiap tahunnya. Memang ada ribetnya dalam PKG ini bagi penilai yang ditunjuk. Oleh karena itu saya telah menyiapkan software untuk penilaian kinerja guru ini. Contoh Software dapat didownload pada akhir artikel ini.



Sofware yang sangat dibutuhkan guru di tahun 2014
by karjono natar

Pelantikan Pengurus OSIS Periode 2013/2014

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Sabtu, 19 Oktober 2013 | 05.04

Pelantikan Pengurus OSIS SMA Negeri 3 Pangkalpinang Periode 2013/2014, dilaksanakan dengan tertib dan lancar, Sabtu (19 Oktober 2013). Pelantikan dilaksanakan di lapangan Bola. Apel pagi dan sekaligus Pelantikan Pengurus OSIS yang baru tersebut diikuti oleh seluruh dewan guru, karyawan, termasuk Kepala Sekolah, Ibu Dra. S.R. Kunlistiani, juga diikuti pula oleh semua siswa.

Apel kali ini diselenggarakan dengan penuh khidmat, tenang dan tertib pun sangat terasa dari mulai apel baru dimulai, hingga selesai. Kirab Pengurus OSIS periode 2013/2014 memasuki lapangan apel kemudian berbaris sesuai dengan tempat yang disediakan. Terlihat Pengurus OSIS baru yang akan segera dilantik sangat serius mengikuti tahap – tahap Pelantikan. Bendera merah putih, bendera lambang Kementerian Pendidikan Nasional dan bendera yang berlambangkan OSIS mengiringi barisan pengurus OSIS baru, Pembacaan Surat Keputusan Kepala Sekolah lalu dilanjutkan ikrar janji pengurus OSIS, serah terima jabatan, sampai penandatanganan Surat Pelantikan. Dan dengan begitu, Pengurus OSIS SMA Negeri 3 Pangkalpinang Periode 2013/2014 secara sah telah dilantik.

Setelah selesai pelantikan, Ketua OSIS periode 2012/2013 diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan dilanjutkan kata sambutan dari Ketua OSIS periode 2013/2014. Kemudian Ibu Kepala Sekolah memberikan sambutan, beliau mengucapkan selamat kepada seluruh pengurus OSIS yang baru sekaligus mengucapkan banyak terima kasih kepada pengurus yang lama atas dedikasi dan kinerja yang baik pada periode 2012/2013 kemarin. Semoga kepengurusan OSIS 2013/2014 yang baru dilantik ini dapat meneruskan perjuangan organisasi siswa ini sekaligus memberikan perubahan ke tingkat yang lebih baik lagi. Beliau juga berpesan agar pengurus yang baru dapat menginspirasi seluruh peserta didik yang lain untuk terus berprestasi. Jangan lupa untuk berkoordinasi dengan bapak/ibu guru, Pembina OSIS maupun Kepala Sekolah agar setiap program kerja nantinya dapat berjalan sesuai harapan.

Kegiatan Pelantikan Pengurus OSIS ini merupakan bentuk kaderisasi dalam pembelajaran kepemimpinan dan keorganisasian serta telah menjadi budaya sekolah. Melalui kegiatan ini akan terbentuk karakter atau watak siswa menjadi seorang calon pemimpin masa depan yang tangguh, berdedikasi dan pantang menyerah. Sebagai penutup rangkaian acara ini, pengurus OSIS periode 2013/2014 mendapat ucapan selamat oleh seluruh guru dan karyawan SMA Negeri 3 Pangkalpinang.

Pendidikan Asingkan Budaya Bernalar

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Kamis, 26 September 2013 | 00.03

Dalam pembangunan republik ini, sejak 1970-an pendidikan kerap dianggap kemewahan, bukan kebutuhan. Penyediaan pendidikan bermutu dinomorduakan dibanding penguatan ekonomi. Kebijakan seperti ini berbahaya. Budaya pendidikan dunia memodelkan pembangunan berdasarkan intelektualitas. Karena sumber daya alam terbatas serta jagat semesta rentan terhadap gangguan, pembangunan berkelanjutan perlu berpusat pada intelektualitas. Implikasi dari model ini, masyarakat belajar serta budaya belajarnya yang tumbuh mengakar jadi penggerak utama pembangunan setiap negara.

Suka atau tidak, pendidikan merupakan lokomotif terdepan pembangunan. Kesejahteraan bangsa serta kekokohan ekonomi bergantung mutlak pada pendidikan. Ekonomi kokoh dapat dicapai jika pendidikan kuat. Penerapan model ini butuh prasyarat: tujuan pendidikan negara harus dirumuskan dengan akurat. Kecakapan yang diperkirakan dibutuhkan di masa depan harus dikenali dan dianalisis. Dari sana kemudian dibuat standar pendidikan. Oleh karena itu, pertanyaan utama dan pertama yang mutlak dikaji pemimpin negara adalah: ”Kecakapan strategis apa yang perlu dibelajarkan?”

Kecakapan abad ke-21

Di pengujung abad ke-20, dua peneliti—Richard J Murnane (Harvard Kennedy School) dan Frank Levy (MIT)—melakukan riset bersama guna menjawab pertanyaan di atas. Murnane (pakar kebijakan pendidikan) dan Levy (pakar ekonomi urban) mengkaji kecenderungan jenis kecakapan yang kian dibutuhkan dan tak dibutuhkan dunia kerja. Berdasarkan data tahun 1969-1998, mereka mengungkapkan bahwa kecakapan memecahkan masalah tak rutin dan kecakapan berkomunikasi kompleks semakin dibutuhkan. Pada saat komputer serta teknologi informasi semakin berdaya, banyak masalah rutin dapat dipecahkan oleh mesin. Sebaliknya, manusia justru semakin dibutuhkan pada pemecahan masalah tidak rutin. Kecakapan kedua yang juga semakin dibutuhkan adalah kecakapan berkomunikasi kompleks, seperti kecakapan seorang manajer dalam memotivasi stafnya. Hal yang paling drastis menurun kebutuhannya adalah kecakapan kognitif rutin. Kecakapan seperti menghafal serta kecakapan berpikir tingkat rendah semakin tak diperlukan.

Berdasar penelitian itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merumuskan Programme for International Student Assessment (PISA) guna menjawab pertanyaan: ”Seberapa siap pelajar di dunia di akhir masa wajib sekolahnya, yakni umur 15, untuk menguasai kecakapan abad ke-21?”. Untuk Indonesia, hasilnya memang buruk. Ini dapat dibaca di situs OECD. Mengapa pelajar kita begitu buruk pencapaiannya di PISA? Kita pasti sepakat anak-anak kita tidak bodoh. Lalu, mengapa hasilnya buruk? Jawabnya sederhana. Anak- anak kita telah ditunjukkan arah belajar kecakapan yang salah. Analoginya, anak-anak kita seperti dibekali kompas yang rusak untuk berpetualang. Mereka dibuat fokus mengejar kecakapan kedaluwarsa, seperti kognitif rutin itu. Sebaliknya, anak-anak kita sangat jarang diberi kesempatan mengembangkan kecakapan abad ke-21, seperti bernalar tingkat tinggi.

Insentif bagi pelajar yang berhasil mengembangkan kecakapan modern tersebut justru nyaris tak terdengar. Bukan maksud tulisan ini mengatakan bernalar tingkat rendah tak diperlukan lagi, tapi harus ada keseimbangan antara kecakapan bernalar tingkat rendah dan tingkat tinggi. Sampai kini sangat sulit meyakini adanya upaya serius dan sistematis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menindaklanjuti hasil PISA guna meningkatkan pencapaian dua kecakapan tadi. Rangkaian kebijakan pendidikan nasional yang dicanangkan justru kerap bertolak belakang dengan upaya penguasaan dua kecakapan itu.

Budaya belajar

Kecemasan sebagai motivasi atau pemaksa belajar tentu sangat bertentangan dengan upaya mewujudkan masyarakat belajar yang sepatutnya senang belajar dan menghargai proses bernalar. Penggunaan kecemasan sebagai motivator belajar juga bertentangan dengan teori belajar, yang meletakkan motivasi intrinsik sebagai prinsip utama dalam proses belajar untuk memahami. Kesukacitaan belajar dan penghargaan pada proses bernalar adalah jiwa masyarakat belajar. Sebagai tambahan, pemanfaatan informasi di masa ini jauh lebih bernilai dibandingkan nilai informasinya sendiri. Masalah penyimpanan dan sistem pencarian informasi sudah dipecahkan oleh Google. Sungguh absurd jika pelajar kita justru difokuskan mengejar kecakapan yang sudah dapat dikerjakan mesin. Ironisnya, praktik pendidikan di republik ini justru berpusat pada kecakapan seperti mesin itu. Proses bernalar dengan sengaja diasingkan dari pendidikan. Dalam pembelajaran matematika, khususnya, bukannya bernalar tingkat tinggi yang dibelajarkan di ruang kelas, melainkan justru kecakapan kedaluwarsa, seperti berhitung cepat dan menghafal rumus tanpa makna. Alasan klise bahwa para guru kita tak mampu membelajarkan kecakapan bernalar mungkin saja ada benarnya, tetapi jika guru mampu pun, mereka tidak akan membelajarkan kecakapan bernalar tingkat tinggi. Mengapa? Salah satunya karena model dan sistem ujian nasioanl (UN) kita.

Sistem UN yang dominan pada kecakapan menghafal informasi semata ini jadi alasan sahih mengapa para pelajar kita, juga gurunya, menghindari proses bernalar tingkat tinggi. Siswa dan guru akan bertanya: mengapa perlu memahami bagaimana membuktikan Dalil Pitagoras, jika UN tak pernah mengujinya. Yang dituntut di UN toh sekadar bagaimana memasukkan angka- angka ke rumus a2+b2>c2'>. Akibatnya, siswa menjadi sangat lemah dalam pemahaman matematikanya serta kecakapan bernalarnya. Jika pengasingan budaya bernalar melalui UN bermutu buruk ini dilanjutkan, bangsa kita sangat mungkin akan kesulitan melibatkan diri dalam pembangunan dunia di masa depan. Dampaknya, ekonomi kita pun akan hancur. Untuk menyuburkan kembali budaya bernalar, perlu gerakan penyadaran bersama tentang pentingnya bernalar pada era sekarang. Perguruan tinggi di seluruh daerah dapat menciptakan forum semacam ”Akademi Sabtu”, tempat guru bersama akademisi menyegarkan budaya bernalar serta meningkatkan kemampuan guru membelajarkan kecakapan bernalar.

Sebelum melanjutkan penggunaan UN untuk kelulusan, Kemdikbud harus membenahi hal berikut. Standar isi dibenahi dengan tujuan menyiapkan pelajar menguasai kecakapan modern. Lembaga pendidikan guru perlu menekankan penguasaan konsep dan teori belajar, bukan administrasi mengajar. Sistem UN Matematika perlu dirombak agar mampu mengukur kecakapan bernalar tingkat tinggi. Misalnya, dengan menambahkan daftar rumus yang dibutuhkan dan dilekatkan pada berkas ujian. Hal seperti ini diterapkan pada berbagai tes profesional. Konsekuensinya, UN akan melibatkan tuntutan yang lebih bermakna ketimbang sekadar ”tahu” atau ”ingat” rumus. Yang juga sangat penting, berbagai pernyataan Kemdikbud harus mengirimkan pesan pentingnya budaya bernalar dan belajar.

Sumber : edukasi.kompas.com

Kongres Pendidikan Dunia: Konsep Toleransi Harus Ada dalam Kurikulum

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Senin, 23 September 2013 | 22.52

DENPASAR — Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Nurmala Kartini Sjahrir mengatakan, sudah saatnya konsep dan nilai-nilai toleransi diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan untuk mewujudkan perdamaian, karena dunia saat ini dihadapkan pada masalah terorisme, perang dan kebencian. Berbicara di sela-sela Kongres Pendidikan Dunia di Sanur, Bali pada Senin pagi (23/9), Kartini mengatakan pendidikan harus mengedepankan pemahaman akan pentingnya hidup damai dalam keberagaman budaya. Selain itu, ujarnya, pentingnya nilai-nilai demokrasi juga harus lebih ditanamkan pada siswa didik karena pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang cerdas, tetapi juga manusia yang mampu menghargai perbedaan dalam keberagaman. “Pendidikan haruslah mengarah bukan saja untuk menciptakan manusia-manusia yang pandai tetapi juga manusia-manusia yang sangat menghargai kedamaian. Jadi kita berusaha pendidikan ini nanti haruslah menciptakan manusia-manusia yang punya integritas, punya wawasan yang luas dan harus menghargai kemajemukan,” ujarnya. Rektor Universitas Udayana Bali, Ketut Suastika mendorong adanya reformasi kurikulum pendidikan agar pendidikan benar-benar mengadopsi nilai-nilai toleransi sehingga peserta didik tidak berpikiran sempit. “Kurikulumnya juga harus direformasi. Kurikulum itu menyangkut adanya profesionalisme. Profesionalisme itu menyangkut masalah cross culture, bagaimana tentang perbedaan itu diajarkan dalam kurikulum. Mudah-mudahan dengan pendidikan semacam ini orang banyak berubah pikiran tidak berprilaku dalam arti sempit,” ujarnya. Sementara itu, Presiden Perhimpunan Lembaga-Lembaga Pendidikan Swasta Dunia, Edgardo De Vincenzi mengatakan, motto pendidikan untuk perdamaian sudah saatnya dikembangkan dan dapat dimulai dari sekolah, keluarga dan masyarakat. “Saat ini, risiko dalam pendidikan meningkat, tidak hanya karena krisis keuangan tetapi juga karena kekerasan, agresi dan pelanggaran hukum. Tidak terhitung tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan pendidikan oleh orang tua, pendidik, dan pemerintah dalam rangka meningkatkan persentase pertumbuhan inklusi sosial,” ujarnya. Kongres Pendidikan Dunia yang berlangsung selama dua hari mulai Senin diikuti oleh delegasi dari 17 negara, termasuk Amerika Serikat, India, Argentina, Chili, Spanyol dan Indonesia. Beberapa masalah yang dibahas dalam kongres tersebut diantaranya pendidikan dan toleransi, pendidikan dan keberagaman budaya, serta pemberdayaan perempuan dalam pendidikan.

Rapat Pleno Komite SMA Negeri 3 Pangkalpinang

Written By SMA Negeri 3 Pangkalpinang on Jumat, 02 Agustus 2013 | 15.00

Pada hari Jum’at, 2 Agustus 2013 di SMA Negeri 3 Pangkalpinang di gelar Rapat Pleno Anggota Komite Sekolah (Orangtua/ Wali Peserta Didik kelas X) SMA Negeri 3 Pangkalpinang. Rapat pleno ini di buka oleh  Kepala Sekolah SMA Negeri 3 (Dra. S.R.Kunlistiani) Pangkalpinang sekitar pukul 15:00 WIB. Sebelumnya, para orangtua/wali peserta didik di ajak melihat-lihat lingkungan sekitar sekolah.
Pada kesempatan kali ini, Bapak Drs. UBAIDI  Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pangkalpinang berkenan hadir serta berbicara di depan peserta rapat. Rapat yang berlangsung sekitar dua setengah jam ini membahas tentang rencana program pembangunan dan pendidikan SMA Negeri 3 Pangkalpinang tahun pelajaran 2013-2014.
Rapat Pleno Komite Sekolah merupakan salah satu acara dengan pendapat, komunikasi, atau semacam Rapat Umum penyelenggaraan Pendidikan di sekolah. Pada acara ini semua orang tua dan atau wali siswa berkumpul bersama pengurus organisasi Orang tua siswa (Komite  Sekolah), Kepala Sekolah, dewan guru dan karyawan sekolah untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan program sekolah, pemerintah, maupun program komite sekolah. 
Banyak yang beranggapan bahwa pada acara ini hanya akan dibicarakan kewajiban orang tua untuk membayar sejumlah biaya yang harus ditanggung selama siswa bersekolah. Anggapan itu tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah, karena memang salah satu agenda pentingnya adalah hal tersebut. Biasanya sebelum membicarakan masalah pendanaan akan disampaikan dahulu laporan pertanggungjawaban kegiatan dan pelaksanaan program pada periode yang lalu, baru kemudian dibicarakan program-program yang akan dilaksanakan pada periode tahun mendatang.
Hal penting lainnya adalah perlunya orang tua siswa mengetahui apa saja yang dilaksanakan di sekolah dalam rangka mencerdaskan putra-putrinya, sehingga orang tua/wali dapat turut serta merasakan beratnya tanggung jawab yang dipikul. Dengan adanya musyawarah ini persoalan-persoalan yang bisa menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran bisa diantisipasi atau paling tidak diketahui kemungkinannya. 
klik untuk melihat gallery photo / Video Rapat pleno komite SMAN 3 Pangkalpinang

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SMA Negeri 3 Pangkalpinang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger